apakah kau potongan mimpi
yang berdebar dalam sanubari
dan selalu lihai membujukku
agar lekas menunaikan segala
2012
Menunggu
setelah malam tanpa henti
meruntuhkan bunyi hujan
disetiap pagi muncul matahari
berwarna abu
dan kita selalu dalam keadaan meragu
selalu betah untuk menungggu
entah apa itu
2012
Elegi Suatu Pagi
sesuatu yang lesu dilepas jemari hujan
matahari letih mengangkat wajah perlahan
2012
Sepotong Sepi
hanya ada sepi, sepi, dan sepi
yang menyala di ujung putih
runcing kuku hujan
begitu demam dan bergetarnya
menghantam tanah, dahan
hingga rumah-rumah
dibuatnya setiap benda
yang ia jumpai pertama
alangkah sendu bernyanyi
dan siapapun mendengar
lekas masuk ia ke dalam
lubuk mimpi
lalu akan bernyanyi sendiri
juga tertawa sendiri
sesudahnya menangis sendiri
2012
Bagai Patung
lebih diam
dan lebih dalam
lebih suntuk tepejam
kau nampak bagai patung
tanpa gerak
tanpa bunyi
utuh dalam semadi
tubuh kakumu
yang bisu
berpangku itu
memancar getar
ribuan isyarat samar
namun selalu mataku
yang tajam
yang menyala terang
yang menembus gelap
dan menampung jutaan cahaya
juga sebatas mampu
luput menterjemahkan
bahasamu
2012
Menerkamu
di balik wajah itu
entah sedalam apa
yang jauh tersembunyi
dan aku telah juga
tenggelam melampaui
apapun untuk hanya
agar dapat menemuimu
agar dapat melihatmu
melengkungkan senyum
di bibir tipismu itu
2012
Putu Gede Pradipta, tinggal di Denpasar. Karya puisinya lebih banyak dipublikasikan di media cyber.