Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Irham Kusuma




Phtalocyan

Oleh : Irham Kusuma

Ketebalan angin menyikat api
pelukis wanita ini menggulung
malam tembakau cokelat.
Aku butuh tulang rusukku
itu dilukisanmu.Lukisan susu,
tumbuh tanpa satu ibu.Sepersusuan.

Kalau ku tak perlu selendang
belajar rengut, berdendang
mendalami suara timbre, atau notasi
atau sasar.membilahlah kanvas
kalau ku tutup selendang tak berdebu.

di pusat kegelisahan gemulai tari kuasku
dari lirih, gemulaimu dari bongkah patung.

sebab di samping kita, putih nanar.
aku perlu pewarna, dengan segala hormat
tenggelam ke kanvas cakrawala; katamu suci.
di samping kita, sudah aku niatkan
hanyut mewarnai tanah di darahmu.

-Galeri 212-


***


Egaliter

Oleh : Irham Kusuma

Anggaplah aku sebagaimana kau suka
menjadi wanita atau
aku tak berharap juga pria.

Dadaku terjepit, bunyi panjang
dan harum panggung berselip.
Masalah adalah sebuah perapian
berunggun jantung yang tepi dipilih.

Di antara hujan sempit
aku menentukan permainan
bertukar peran, seperti teriakan
bagi drama yang engkau ciptakan.

Air tanah mengintailah
dalam nomer-nomer revolusi
kesedihan langit jumat
dari mitos sebelum janus telah berputar
kembali ke para pendahulu.

Dan aku akan menuliskan doa mu, neng.
rambut panjangmu seperti sebuah jalan
yang aku kenali,
dimana aku akan bertanya
(meski kau tak menganggap sebagai wanita).

Teater CCL, 2012


***


Khoackk !

Oleh : Irham Kusuma

Langit ini dingin
semua dosa aku peluk
biar panas tubuhku ini
di jilat bagai lidah api.

Di balik selimutmu
aku menunggu
seorang anak akan memberi tisu
hidungku merah mencium bau ludah.

“Jangan khawatir,
  jaman sekarang,
  jaman ingusan.”

2012


***


Pada Suatu Makam I

Oleh : Irham Kusuma

Sepertinya telah menjadi doa
bagi setiap perjumpaan
dengan teriakan ringkik punggung
penziarah.seolah setiap langkah
menjadi jejak nubuat ;
langit berbekas kepanikan ruh
dari apa yang kita rumuskan
pada pertanyaan.karena jalan dan bunyi
telah ditanamkan dalam tubuh kita.

2012


***


Pada Suatu Makam II

Oleh : Irham Kusuma

Duduk di padang jemala
Kaki-kanan kumerah
Dihisap waktu yang jongkok
Tapi tidak juga terkorupsi
Laki-kiriku, nisan.

2012

Irham Kusuma » Masih menempuh pendidikan di salah satu sekolah menengah kejuruan di Kota Bandung. Puisinya pernah dimuat media seperti,Pikiran Rakyat "Khazanah"; Radar Bekasi; Jejak; Buletin Patriot ; koranbogor.com ; radarseni.com, dan beberapa buku antologi puisi bersama.Puisinya menjadi yang terbaik dari lomba yang diadakan oleh salah satu penerbit di kota Lampung (NBC) pada tahun 2012.
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC