Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Herman Syahara

PADA IRA

dari balik kerudungmu
menguap harum surga
dari hitam bola matamu
memancar kilau cahya

kamu telah menjadi ibu segala ibu
tempat anak-anak merengek dan mengadu
kamu telah menjadi ayah segala ayah
tempat anak-anak menyandarkan mimpi dan harapan

dari balik kerudungmu
menguap harum keringat ketabahan
dari hitam bola matamu
menitik air mata kekuatan

(Ah, kamu membuatku pukau
kamu membuatku silau)

Jakarta, Agustus 2010


***



CIKAJANG + 1246 M

Tak ada pekik peluit
Tak ada desis si gomar * dan si kuwik**
Tak ada antrian di peron

(Semula kukira loko ini akan mengantarku sampai ke kota
Dan rel ini akan setia menuntunku kembali ke pangkuan ibu di desa)

Jembatan tinggal karat dan rangka
Peron menyisakan warna hitam dan dingin

Wahai, dari ketinggian 1246 meter
Kuseru kamu semua untuk kembali
Terlalu banyak peristiwa yang kita lalui
Di stasiun ini

*/**nama dua lokomotif yang pernah melayani rute Cikajang-Garut hingga 1983.

Jakarta-Cikajang, Agustus 2010

Herman Syahara Lahir di Cikajang, sebuah desa dingin di kaki Gunung Cikurai, Garut, Jawa Barat, 1963, Herman Syahara lebih banyak melakukan pengembaraan estetik dan proses kreatifnya di luar tanah kelahirannya. Sajak pertamanya dimuat di halaman remaja Harian Sinar Harapan terbitan Jakarta sewaktu masih di bangku SMP di Tegal, Jawa Tengah. Beberapa buah buku cerita dan ucapan selamat yang dikirim harian itu sebagai "honor" menulis dari Sinar Harapan, merangsangya untuk menulis. Beberapa puisi yang lain kemudian dimuat di harian Suara Karya dan Banjarmasin Post. Sekembalinya ke Garut untuk melanjutkan sekolah di SMA Negeri I Garut, dia aktif di Sanggar Limanov bersama WJS Jedisaleh Megantara dan pelatih N. Syamsuddin CH Haesy. Beberapa pentas teater dan musikalisasi puisi pernah digelarnya di Kota ! Intan ini. Demikian juga kejuaraan membaca puisi se-Kabupaten Garut dan dan Porseni aw Jawa Barat pernah disabetnya beberapa kali. Sejak masuk kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta (sekarang IISIP) pada 1983, waktunya lebih banyak tersita untuk jurnalistik. Sesekali dia menulis cerpen dan puisi untuk disimpan sendiri. Beberapa cerpennya pernah dimuat di majalah MUTIARA dan Sinar Harapan. Setelah malang melintang dalam dunia jurnalistik nasional dan membidani kelahiran beberapa media bisnis dan properti, kini penggemar traveling ini mengelola penerbitan majalah Infrastrukur Indonesia di Jakarta serta disibukkan menulis buku-buku biografi dan corporate. Terangsang oleh blog Acep Zamzam Noor, penyair yang sudah didengarnya sejak semasa sekolah di Garut, dia ingin menuliskan beberapa puisi segar yang langsung ditulisnya di blog ini.
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC