Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Ahmad Faisal Imran

ANJUNG CAHAYA
      
                 -  Mardi, lautmu tak sampai di sini
                     hanya ketiak pari, sajakmu nanti...

1

sejak engkau menjadi laut
tidur yang bergelombang, kehendak biru
maka ijinkan aku pun tertidur pulas
pada kristal zapier, angin itu luas

tak ada yang mengirim ombak
hanya dentuman kecil, bermain putih
di malam Anjung Cahaya, laksana aksen
pada rambutku, berhelai-helai dan putih

tentu saja
aku tak setua laut ini
barangkali seutas hormat
di dawat kelabu
di langit dan roh terakhir
bagi sajak-sajakku
begitu bijak, hingga gerimis
singgah di larik ini

gerimis, singgah pula di alis matamu
sebuah isbat pertama dan batas musim
menampakkan pulau-pulau, dan pulau-pulau
kuncup sendiri, dielus camar dan lidah air

mungkin, sejak engkau menjadi laut

2

adalah akhir yang tetap bersemi
di nisan kuning Ali Haji, seluruh rindu
seperti untuk dipilih, bahwa gerimis telah singgah
burung bersayap 12 itu, tiba-tiba ditelan anak hujan

adalah habitat bagi kata-kata, caping di dada
gurindammu bagai semerbak kemenyan bunga
kini, para penyair dan langit pada jam yang gemulai
berdoa bersama, laksana akordion, terdengar kara 

langit yang tak berihram
kembali menyembunyikan pulau-pulau

3

Anjung Cahaya, kubah, di antara hutan dan adzan
mengingatkanku pada tubuhmu serta desah angin jazirah
lalu adakah yang lebih bijak dari gerimis?
di surau ini, kita adalah iradat dari rasa saling memiliki

12 jam sudah kata-kata ini berlalu, puan
seperti gurindam 12 terfasih, jantungku kesandung kasih
aku pergi tanpa layar perahu, sendiri melambai tangis
di bawah langit, yang warnanya seperti jeruk manis

2010
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC