Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Ardy Kresna Crenata

Menantimu di Sebuah Senja


Senja ini seperti sengaja membiarkanku membeku.
Hujan pun turun dengan mesra layaknya nyanyian tanpa suara.
Dan kendaraan-kendaraan terus berlalu
Membawa serta cahaya lampu. Saki,
Aku telah lama menunggumu di halte ini.
Telah kurelakan setiap percakapan menjadi semu.
Dan kulupakan setiap ingatan
Yang memaksaku membencimu.

Aku pun setia menyimpan air mataku untukmu.
Dan menjaganya untuk tak jatuh. Meski satu per satu
Gedung yang kubangun mulai runtuh. Masa depan
Yang kuimpikan kian rapuh. Tiang-tiang harapanku rubuh
Dan terkubur jauh. Cita-citaku melepuh.
Aku setia menanti air matamu menjadi air mataku.
Untuk kemudian kualirkan kembali di kedua pipimu.
Sebagai sebuah tanda dan pernyataan rindu.

Namun setelah sekian lama, engkau belum juga tiba.
Aku mulai merasa penantianku ini sia-sia. Namun sebisa mungkin
Aku berusaha untuk tidak cemas, sambil mengakrabkan diri
Dengan hujan yang semakin deras. Hingga suatu saat, barangkali,
Tak ada lagi janji-janji yang perlu disesali, apalagi ditangisi,
Ketika aku telah terlanjur menganggapmu tiada,
Dan semua yang pernah kau katakan padaku
Kuanggap dusta. Dusta belaka.

Oktober, 2010
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC