Aku Kembali Mencintai Jalan
Akhirnya Aku Kembali Mencintai Jalan.
Semua puisi yang kuciptakan telah menjadi kenangan
yang mengendap di dasar kolam ingatan.
Layaknya trotoar ini, aku telah kehilangan warna
yang sebelumnya kumiliki.
Hidup yang kutempuh tak lagi bergemuruh.
Sementara waktu bagai kendaraan-kendaraan
yang melaju dengan angkuh, tak peduli
pada sisa suara yang kini terus menggaung
di telingaku, menyiksaku.
Kata-kata yang pernah kutetaskan telah lenyap
bersama silhuet kendaraan. Bunyi-bunyi aneh terus bermunculan
di setiap aku terdiam. Seperti rentetan peluru yang tak henti memburu.
Dan aku hanya duduk menyerahkan diri di halte ini, menyesali
semua yang telah terjadi, tanpa bisa sedikit pun memperbaiki.
Lihatlah kedua mataku. Barangkali akan kau temukan
sebuah tarian yang tak mungkin bisa dipentaskan.
Sebab setiap gerakan yang tergambar, hanyalah sesuatu yang samar.
Dan musik yang mengiringinya tak mungkin bisa kau dengar.
Engkau akan lelah lalu akhirnya menyerah. Tak ada
yang mampu kuberikan padamu selain kesunyian.
Mungkin akan ada suatu hari, ketika semua
yang telah pergi perlahan datang menghampiri.
Di hari itu, aku hanya akan menulis puisi
yang terus-menerus kutangisi
Bogor, oktober 2010
