Tembang Musim Lara
Langitmu langitmu langitmu
Bumimu bumimu bumimu
Langit yang terbakar
Bumi yang diguncang
Siang malam berdendang
Hari menampar muka
Wajahmu wajahmu wajahmu
Jiwamu jiwamu jiwamu
Yang berdesakan dalam duka
Yang membeku ketakutan
Menari setiap diri
Yang bernyanyi menghibur hati
Lukamu
Menabur wangi darah
Lukaku
Mengembara di semesta
Ya malaikat-malaikat
Yang membentangkan sayap surga
Yang malam-malam di bumi
Dan pagi-pagi mengucup matahari
Sujudku
Membentangkan jejak dosa
Taubatku
Memupus jiwa yang durhaka
Alphaku
Menyeret beribu bencana
Apakah ini ya tuanku
Yang berdendang di musim lara
Langitmu
Bumimu
Yang tak lelah menari
Di lereng curam kesedihanku
Pulanglah Rumi ke pangkuanmu
Kembalilah Masnawi ke rumahmu
Membawa tarian cinta
Memikul segenap rindu
Yang melata dikeasingan
Mengais remah rizqi ridhamu
Ya cahaya segenap cahaya
Ya raja yang merajai
Ambilah
Seisi langit dan bumi hanya milikmu
Engkaulah yang meniupkan nyawa
Engkaulah yang memainkannya
Engkaulah yang membangun
Engkaulah yang menghancurkannya
Aku hanya wayang yang angkuh
Hanya raga yang merasa memiliki
Yang datang dan yang akan pergi
Hanya berbagi kisah soal dongeng
Hanya berebut sejarah
Yang kelak sering dilupakan
Ya kallamu
Yang perlahan kueja terbata
Melapalkan lapadz alam
Yang mengguncang peradaban
Membangunkan yang tertidur
Mengingatkan yang asik berjudi
Airmata airmata airmata
Yang menangis ditinggalkan
Yang tertawa diatas derita
Yang berpesta dalam duka
Ya tuanku
Dekaplah jiwa yang khusu
Yang berdendang
Melapalkan nyanyian syukur
Yang berebut ampunanmu
Yang bernafsu menguasai bumi
Air mata
Air mata siapakah
Perahuku menyusuri alirnya
Menghirup rasa dukanya
Mengalirlah
Setiap isak kesedihan
Mengalirlah
Kehidupan dalam suka-dukanya
Hadirlah engkau dalam nafas puisiku
Yang terbunuh di perbatasan sang kala
Di musim lara dalam duka maha sempurna.
Oktober, 2009
Oscha Chairul 'Ajami: Menyair adalah hidupnya lahir di Lhokseumawe, Aceh dan tinggal dan dibesarkan di Garut, kini berkehidupan di jalanan, tidur di kuil cinta.