Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Oscha Chairul 'Ajami

Kepada Merapi



Membaca isyarat bumi menghayati gemuruh dadanya
Di lereng curam kesedihan itu kutulis duka nestapa kami
Diantara reruntuhan jiwa lelehan air mata dan apakah ini;
Awan yang beracun,debu vulkanik, lahar dingin
Ribuan nyawa yang terusir dari kemah ke kemah
Sayap-sayap itu menggelepar mengepak jauh ke nirwana
‘Mbah, tak ada yang musti dipertahankan dari lereng
hidup ini selain berpulang sebagai manusia
Alam pun tengah bernyanyi dan semesta terus menari
Melewatkan putaran takdir dan waktu
Wahai jiwa-jwa yang hilang
Wahai nafas-nafas hidup yang berdesakan
Di bawah langit Indonesia yang murung kutulis nestapa ini
Diseling tepuk tangan dan tertawa ketika sang presiden amerika
Mengenang masa kecilnya dan mengaku pulang kampung
Sambil tak henti tersenyum si berry mencuri hati tuan rumah
Sekaligus dijamu nasi goreng, bakso, emping dan proposal
Ditengah suasana duka dia bagai malaikat yang lucu, kata-katanya
Menyihir dan menancap di kepala
Tapi semua itu tak membikin merapi luruh dan bencana yang lain
Bagai gelombang datang dan pergi
Apa yang musti dipertahankan setelah air mata itu tumpah
Apa yang musti direlakan setelah semua itu hilang
Terkubur debu dan rasa takut terus memburu
Merapi tidak marah kerna hukum harus terjadi
Dan kehidupan tugasnya mengolah takdir
Tuhan telah mengaturnya dengan seksama
Kerna hanya kesabaran dan tawekal yang bisa meraih makna
Mengalirlah segala dzikir menabuh langit
Setelah ayat-ayat itu dibacakan semesta
Dan kita akirnya harus berpulang kepadanya.

Nopember, 2010
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC