Candu Dan Trauma
Bergelas madu yang kau tawarkan, kueja
Dari balik selimut biru yang bolong dan usang.
Arah mata angin pada setiap kalimat bijak
Mengelupas dari dinding kamar.
Sampai aku takut sekaligus ingin lebih
Dari sekedar mencintamu saat itu juga.
Kau datang berulang. Aku tak bisa mengelak.
Jadilah aku seorang budak dan kau hewan gembala,
Berpagut bersautan mengucap satu kata derita.
Lantas di puncak malam tanpa purnama itu
Kita menjelma sebagai duet anjing yang mengaum:
Memamerkan suara dibasahnya belantara.
Dan aku, trauma mencintaimu.
Tapi candu juga tumbuh disela-sela rambutku.
Inilah dunia, katamu sambil mengenakan baju dan celana.
Bandung, 2010
Deri Hudaya Kelahiran Singajaya, 3 september 1989. Sejak 2008 tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Sunda. UPI Bandung.