Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Puisi Deri Hudaya

Bunga


Kuamati bunga yang tumbuh matang di bukit tertinggi.
Bunga yang disiram dan dipupuk hingga keracunan,
Hingga muntah-muntah. Muntah darah, muntah nanah.

Kini kelopaknya hilang warna, rapuh untuk sekedar air hujan
Yang turun sebagai jarum pentato airmata. Dan lepaslah
Dia dari tangkainya, mengikuti hembusan angin
Tak tentu arah. Bertemu dengan seribu tamparan rumput liar,
Juga tikaman mesra duri-duri besi.

Karena bunga itu tetap mekar didenyut nadiku, maka
Kubacakan untuknya ayat kursi tujuh kali dalam satu tarikan nafas.
Dan kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana, aku segera minta kematiannya .

Bandung, 2011

Deri Hudaya Kelahiran Singajaya, 3 september 1989. Sejak 2008 tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Sunda. UPI Bandung.

Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC