Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Jun Nizami



Meninggalkan Kie Raha


                       To Madadi Anting-anting
                      To Mawele se Ni Ngau,
                     To Madadi Ngofa Yau
                    To Malule se Ni Nyiho

Atau kaukah Janiba, bagi rusuk Samad
Yang hancur. Sofi Sado Sone,
Hikayat yang kekal dalam kubur

Hamsilana, Maitara di seberang pandang
Sedang engkau di pelupuk kenang
Menegaskan bayang-bayang
Menegaskan jarak yang membentang

Foheka, menuju entah kapal-kapal
Berangkat. Di dermaga pula kapal-kapal
Merapat. Sedang kakiku, masih jua terasa
Berat

Foheka, Bandar Udara Babullah
Atau matakukah yang berkabut

Pulau-pulau menyusut, sepanjang
Perjalananku menyongsong maut.
Meninggalkanmu. Ribuan kilometer
Di atas permukaan laut

Tetapi seperti pula suaramu
Ingatanku bersenandung di situ:

Ku menjadi anting-anting
Ku menggantung di telingamu,
Ku menjadi seorang bayi,
Ku tertidur di pangkuanmu

2011

***

 
Ziarah


Akulah Eufrat, airmata
Sepanjang Mesopotamia yang terluka
Juga Tigris, wahai Muharram merdu
Bagi Babylon yang habis jadi debu

Minumlah darah dari tubuhku
O Karbala yang dahaga
Sebab setiap kepala yang dilarungsungai
Dari beribu batang leher yang terpenggal
Mestinya adalah bahasa
Sejarah yang ganas
Anggur cinta yang keras

Maka tenggaklah sabda dari huluhilir ziarahku ya Hurairah:
Akan terbunuhlah 99 dari tiap 100 orang yang berperang itu
Darah yang pasang, di tubuh airku yang surut

2011

 ***


Arumi Sedang Mengetik


Dari jam dinding itu, detik-detik runtuh pada punggungmu
Secangkir kopi di atas meja, dan daun-daun yang jatuh pada
Beranda. Arumi sedang mengetik, barangkali menulis puisi
Atau menyelesaikan paragraf  kelima dari sebuah surat cinta

Dari almanak-almanak tua, tanggal-tanggal luruh begitu saja
Ketika dalam jauh, angin menyisir sebuah pasar malam yang
Sibuk. Dan seorang anak kecil gemetar, menyaksikan komidi
Putar yang terbakar. Sementara aku menghalau kantuk
Sepanjang jalan, di dalam kereta, yang tujuan dan jadwal
Keberangkatannya aku lupakan

Arumi terus mengetik, sementara aku sebagai kata-kata yang
Kerap gagal ia baca. Malam semakin larut, sementara waktu begitu
Rahasia. Seperti mata begitu juga cinta yang tak letih-letih untuk
Terjaga: dalam dada dalam bising, juga telinga dengan
Pendengaran masing-masing: mengkhidmati tembang mijil
Juga himne maut yang dinyanyikan seseorang di atas genting

2011


(Kompas, 29 Juli 2012)


 Jun Nizami, penyair kelahiran Tasikmalaya, puisinya dimuat di berbagai surat kabar nasional dan lokal.
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC