Selamat Datang di Blog Kobong Sastra Cipasung

Share |

Sajak Irfan Firnanda

Senyum Pagi

Kutepuk bahu pagi
Sisa tetes hujan menari
Merembes rona hari
Tak letih membuntuti pelangi hati

Awan cerah melepas mendung
Susupi bejana hati yang merenung
Hirup sarinya suguhkan senandung
Terlepaslah penat dari para penjejak gunung

Ketika jemari membelah rambut
Lembah hijau menyambut
Suarasuara merdu melirih lembut
Mahligai cinta resap menggambut
Masih, lelaki pagi tersenyum, bersiul
Cintanya tetap terpanggul
Kala jurang pemisah membisikkan kaul
Perempuan merona, parasnya melepas pikul

***

Rahasia Perempuan (Trilogi Puisi Rahasia Perempuan)

1) Rahasia Malam

Ketika malam bunga menguncup
rekahnya kian menutup
kala putik putik berselimut kecup
lebah lebah enggan mengantup

Jangan beritahu pagi
wajah malam merundung sunyi
kala setitik cahaya menghiasi
anak anak embun meringkih sepi

Ketika malam perempuan belum mengantuk
sujudnya menangis khusyuk
kala air matanya menjadi kutuk
doa doa memupuk

Jangan beritahu pagi
senyum dingin hampar mengisi
kala kabut menatap dini
laki laki meniupkan sandi

2) Rahasia Pagi

Ketika pagi mengusap embun
perempuan melangkah anggun
lelah sudah mencapai ubun
namun kaki harus mengayun

Malam menanak emosi
lelap pun menyadari
kala rembulan berganti mentari
harus kembali menata jalan pagi

Ketika pagi tak menjawab letih
dalam batin tangis menagih
jiwa sudah berusaha gigih
namun keraguan tetap mendidih

Malam membenamkan senyum
bukanlah embun yang terminum
kala anak anak menyingkap ranum
lelaki menuntun dengan jari terkulum

3) Rahasia Siang
Ketika narasi malam menghubung
pagi perempuan pun masih berkabung
kala kesesakan siang bergabung
kisah tiga waktu pun bersambung

Tengah malam telah menjejaki pagi
tidur siang perempuan pun mengusut daki
kegalauan rembulan dan mentari
membuat matahari menyengat ari

Senja tak dapat lagi menampih malam
hasutan pagi mengajak siang tenggelam
genang sendu matanya membias tegar pada sang alam
masih, tentang batinnya yang terdalam

Siang pun ia berdiri menahan tangis
lemas jemarinya menghapus tinta biru di papan tulis
tinta hitam tentang nasib hidup masih meringis
kesabaran perempuan pun berusaha mengikis

***

Keadilan Tuhan

Hadist hadist perawi pun memikat
Diksidiksi kehidupan untai menjerat
Lembut, bibir bibir manja melumat
Metamorfosis hari membius para umat

Keangkuhan harus segera beranjak
Di atas lautlah nabi nuh menguak
meluluhkan riuh serta gemericik riak
akhir jalan hidup tak lagi berombak

Keadilan tuhan membuat alur
Indah, rima rima surga menutur
Malaikat jiwa lekas menyusur
Sungguh, kesempurnaan yang teratur

Kita menutup sendu dengan teduh
Bersimpuh pada arah kiblat yang tangguh
Doadoa dan dzikir pun berlabuh
Melekat syahdu dalam kalbu yang angkuh

***

Sajadah

Kenang yang kucium kala sujud
Harum kesturi melekat
Burung bayan kecil menuntun surga

Sudah lama aku jauh
Terpesona karena pembenaran
Manuskrip seakan tak berlaku

Jika yang kukata kewajaran
Sedang sajadahku tak pernah buta
Tentang rindu kening yang lama tak menciumnya
Agar gerak dadaku kian getar merinduMu

Wanita berbusana muslimah
Pria berbaju koko
Masjid yang penuh dengan gerak serempak,
Seperti angsa putih menari
mendendangkan wirid asmaMu

Gema adzan yang tertinggal
Sajadah yang lapuk oleh zaman
Adalah jarak sekian mil cahaya aku berpaling dariMu

Kini, aku harus kembali
Membuka suara suara RosulMu,
yang telah lama tertutup

***
Prev Next Next
 

Copyright @ 2011 By. KSC