Senyum Pagi
Kutepuk bahu pagi
Sisa tetes hujan menari
Merembes rona hari
Tak letih membuntuti pelangi hati
Awan cerah melepas mendung
Susupi bejana hati yang merenung
Hirup sarinya suguhkan senandung
Terlepaslah penat dari para penjejak gunung
Ketika jemari membelah rambut
Lembah hijau menyambut
Suarasuara merdu melirih lembut
Mahligai cinta resap menggambut
Masih, lelaki pagi tersenyum, bersiul
Cintanya tetap terpanggul
Kala jurang pemisah membisikkan kaul
Perempuan merona, parasnya melepas pikul
***
Rahasia Perempuan (Trilogi Puisi Rahasia Perempuan)
1) Rahasia Malam
Ketika malam bunga menguncup
rekahnya kian menutup
kala putik putik berselimut kecup
lebah lebah enggan mengantup
Jangan beritahu pagi
wajah malam merundung sunyi
kala setitik cahaya menghiasi
anak anak embun meringkih sepi
Ketika malam perempuan belum mengantuk
sujudnya menangis khusyuk
kala air matanya menjadi kutuk
doa doa memupuk
Jangan beritahu pagi
senyum dingin hampar mengisi
kala kabut menatap dini
laki laki meniupkan sandi
2) Rahasia Pagi
Ketika pagi mengusap embun
perempuan melangkah anggun
lelah sudah mencapai ubun
namun kaki harus mengayun
Malam menanak emosi
lelap pun menyadari
kala rembulan berganti mentari
harus kembali menata jalan pagi
Ketika pagi tak menjawab letih
dalam batin tangis menagih
jiwa sudah berusaha gigih
namun keraguan tetap mendidih
Malam membenamkan senyum
bukanlah embun yang terminum
kala anak anak menyingkap ranum
lelaki menuntun dengan jari terkulum
3) Rahasia Siang
Ketika narasi malam menghubung
pagi perempuan pun masih berkabung
kala kesesakan siang bergabung
kisah tiga waktu pun bersambung
Tengah malam telah menjejaki pagi
tidur siang perempuan pun mengusut daki
kegalauan rembulan dan mentari
membuat matahari menyengat ari
Senja tak dapat lagi menampih malam
hasutan pagi mengajak siang tenggelam
genang sendu matanya membias tegar pada sang alam
masih, tentang batinnya yang terdalam
Siang pun ia berdiri menahan tangis
lemas jemarinya menghapus tinta biru di papan tulis
tinta hitam tentang nasib hidup masih meringis
kesabaran perempuan pun berusaha mengikis
***
Keadilan Tuhan
Hadist hadist perawi pun memikat
Diksidiksi kehidupan untai menjerat
Lembut, bibir bibir manja melumat
Metamorfosis hari membius para umat
Keangkuhan harus segera beranjak
Di atas lautlah nabi nuh menguak
meluluhkan riuh serta gemericik riak
akhir jalan hidup tak lagi berombak
Keadilan tuhan membuat alur
Indah, rima rima surga menutur
Malaikat jiwa lekas menyusur
Sungguh, kesempurnaan yang teratur
Kita menutup sendu dengan teduh
Bersimpuh pada arah kiblat yang tangguh
Doadoa dan dzikir pun berlabuh
Melekat syahdu dalam kalbu yang angkuh
***
Sajadah
Kenang yang kucium kala sujud
Harum kesturi melekat
Burung bayan kecil menuntun surga
Sudah lama aku jauh
Terpesona karena pembenaran
Manuskrip seakan tak berlaku
Jika yang kukata kewajaran
Sedang sajadahku tak pernah buta
Tentang rindu kening yang lama tak menciumnya
Agar gerak dadaku kian getar merinduMu
Wanita berbusana muslimah
Pria berbaju koko
Masjid yang penuh dengan gerak serempak,
Seperti angsa putih menari
mendendangkan wirid asmaMu
Gema adzan yang tertinggal
Sajadah yang lapuk oleh zaman
Adalah jarak sekian mil cahaya aku berpaling dariMu
Kini, aku harus kembali
Membuka suara suara RosulMu,
yang telah lama tertutup
***